Part 6
Rasulullah saw menganjurkan.Jika berminat meminang seorang
gadis maka lihatlah terlebih dahulu. Proses melihat inilah yang di
maksud Ta’aruf. Berkumpul bersama keluarga besar saling memperkenalkan mana anak
laki-laki mereka dan mana perempuan yang menjadi calonnya.Tidak lebih dari
itu.Setelah itu apabila sudah bersepakat baru dilanjutkan ke jenjang proses
berikutnya. Bukan Ta’aruf ala anak muda sekarang (yaitu pacaran) atau jalan
bareng saling mengenal pribadi masing-masing lebih jauh dengan seringnya keluar
ala pacaran.
Hal ini sudah sangat jauh dari arti Ta’aruf dalam konsep Islam
sesungguhnya.
Nah mungkin saat itu inilah proses Ta’aruf yang kami jalani.
Calonku
mengajukan bagaimana “akad”digelar saja.Sedangkan aku tetap terus
melanjutkan kuliahku. Dan dia balik ke Singapura seperti biasa.Tapi kami telah
diikat dalam ikatan syah secara agama.Hal ini sebaliknya aku yang tidak
menyetujuinya.Aduh gimana malunya nanti dengan kawan-kawan ku.Karena saat itu
di kampus ku belum lazim kuliah nyambi nikah.
Akhirnya ya...Aku menyerahkan kartu as ku.Kalau siapa yang
berkeinginan buru-buru nikah silahkan saja duluan.Karena kita memang beda
usia.Aku baru masuk angka kepala dua.Sedangkan calon ku sudah menuju 28
tahun.Usia yang sudah sangat matang bagi seorang laki-laki untuk berumah tangga. Itulah salah satu alasan
mengapa calon suami ku tidak mau menunda lagi.Atau menungguku hingga
menyelesaikan kuliahku dulu.Sedangkan aku tetap bertahan pada prinsip ku
semula.
“Aku akan melanjutkan kuliah ku dulu.”Aku belum mau
menikah !!.
Itulah putusan malam itu tanggal 4 Maret 1995.
Setelah pertemuan malam itu.Hati ku galau tidak tau entah
kenapa.Padahal apa yang ku mau sudah aku peroleh.Kubayangkan kembali wajah-wajah
keluarga ku selepas pertemuan itu.Tertunduk penuh kekecewaan.Mereka tidak
menyalahkan ku.Karena sangat paham kecintaan ku dengan kuliahku.Tapi juga
merasa sayang melepas calon suami ku.Karena orangnya memang baik aklhaknya
dan layak dijadikan mantu..Ini yang membuat wajah mereka sedih.
Jika datang (melamar)kepadamu orang yang engkau senangi
agama dan akhlaknya.Maka nikahkanlah ia (dengan putrimu).Jika kamu tidak
menerima (lamaran)-nya niscaya terjadi malapetaka di bumi dan kerusakan yang
luas. Hadist (HR: Tirmidzi).
Malam itu tak bisa ku pejamkan mata sedikit pun.Gelisah
tidak menentu.Hingga pukul 04.00 menjelang subuh.
Akhirnya kuberanikan bangun.Tergiang-ngiang kata-kata calon suami ku tadi malam.Sudahkan diri ku sholat
Istikhoroh.Kuambil air wudhuk.Kubentangkan sejadah, tenggelam dalam sholat
dua raka’at yang aku dirikan di sepertiga malam terakhir.Di dalam setiap
untaian bacaan sholat ku.Aku begitu pasrah tenggelam dalam doa-doa yang aku
lantunkan.
Ya Allah...Tuhan ku...Engkau yang mendatangkan takdir ini
kepada ku.Sungguh aku tidak tau dan mengerti.Seandainya ini jodohku yang
terbaik untuk ku.Tolong Engkau mudahkan urusanku.Dan seandainya ini bukanlah
yang terbaik untukku....gantilah dengan jodoh yang lebih baik
lagi yang Engkau kirimkan untuk ku.
Inilah kata-kata yang hanya dalam hati ku.Karena tak mampu
lagi lidah ini bergerak...bergetar..karena kesedihan yang begitu dalam.Berat badan ku pun drop hingga 5 kg. Pasrah sepasrah-pasrahnya kepada sang
pencipta langit dan bumi.Air mata sudah tak mampu aku bendung.Mukena yang aku
pakai basah kuyup karena dibanjiri air mata.Tanpa terasa aku pun terlelap diatas
sajadahku hingga pagi.
hiks....hiks...ikut terharu..
BalasHapusSakitnya tuh di sini....qiqi
BalasHapus