Selasa, 18 November 2014

AKU SITI NURBAYA TAPI SUAMI KU SYAMSUL BAHRI

Part 6

Rasulullah saw menganjurkan.Jika berminat meminang seorang gadis maka lihatlah terlebih dahulu. Proses melihat inilah yang di maksud Ta’aruf. Berkumpul bersama keluarga besar saling memperkenalkan mana anak laki-laki mereka dan mana perempuan yang menjadi calonnya.Tidak lebih dari itu.Setelah itu apabila sudah bersepakat baru dilanjutkan ke jenjang proses berikutnya. Bukan Ta’aruf ala anak muda sekarang (yaitu pacaran) atau jalan bareng saling mengenal pribadi masing-masing lebih jauh dengan seringnya keluar ala pacaran.
Hal ini sudah sangat jauh dari arti Ta’aruf dalam konsep Islam sesungguhnya.
Nah mungkin saat itu inilah proses Ta’aruf yang kami jalani.

Calonku mengajukan bagaimana “akad”digelar saja.Sedangkan aku tetap terus melanjutkan kuliahku. Dan dia balik ke Singapura seperti biasa.Tapi kami telah diikat dalam ikatan syah secara agama.Hal ini sebaliknya aku yang tidak menyetujuinya.Aduh gimana malunya nanti dengan kawan-kawan ku.Karena saat itu di kampus ku belum lazim kuliah nyambi nikah.

Akhirnya ya...Aku menyerahkan kartu as ku.Kalau siapa yang berkeinginan buru-buru nikah silahkan saja duluan.Karena kita memang beda usia.Aku baru masuk angka kepala dua.Sedangkan calon ku sudah menuju 28 tahun.Usia yang sudah sangat matang bagi seorang laki-laki untuk  berumah tangga. Itulah salah satu alasan mengapa calon suami ku tidak mau menunda lagi.Atau menungguku hingga menyelesaikan kuliahku dulu.Sedangkan aku tetap bertahan pada prinsip ku semula.

“Aku akan melanjutkan kuliah ku dulu.”Aku belum mau menikah !!.
Itulah putusan malam itu tanggal 4 Maret 1995.

Setelah pertemuan malam itu.Hati ku galau tidak tau entah kenapa.Padahal apa yang ku mau sudah aku peroleh.Kubayangkan kembali wajah-wajah keluarga ku selepas pertemuan itu.Tertunduk penuh kekecewaan.Mereka tidak menyalahkan ku.Karena sangat paham kecintaan ku dengan kuliahku.Tapi juga merasa sayang melepas calon suami ku.Karena orangnya memang baik aklhaknya dan layak dijadikan mantu..Ini yang membuat wajah mereka sedih.

Jika datang (melamar)kepadamu orang yang engkau senangi agama dan akhlaknya.Maka nikahkanlah ia (dengan putrimu).Jika kamu tidak menerima (lamaran)-nya niscaya terjadi malapetaka di bumi dan kerusakan yang luas. Hadist (HR: Tirmidzi).

Malam itu tak bisa ku pejamkan mata sedikit pun.Gelisah tidak menentu.Hingga pukul 04.00 menjelang subuh. 
Akhirnya kuberanikan bangun.Tergiang-ngiang kata-kata calon suami ku tadi malam.Sudahkan diri ku sholat Istikhoroh.Kuambil air wudhuk.Kubentangkan sejadah, tenggelam dalam sholat dua raka’at yang aku dirikan di sepertiga malam terakhir.Di dalam setiap untaian bacaan sholat ku.Aku begitu pasrah tenggelam dalam doa-doa yang aku lantunkan.

Ya Allah...Tuhan ku...Engkau yang mendatangkan takdir ini kepada ku.Sungguh aku tidak tau dan mengerti.Seandainya ini jodohku yang terbaik untuk ku.Tolong Engkau mudahkan urusanku.Dan seandainya ini bukanlah yang terbaik untukku....gantilah dengan jodoh yang lebih baik lagi yang Engkau kirimkan untuk ku.

Inilah kata-kata yang hanya dalam hati ku.Karena tak mampu lagi lidah ini bergerak...bergetar..karena kesedihan yang begitu dalam.Berat badan ku pun drop hingga 5 kg. Pasrah sepasrah-pasrahnya kepada sang pencipta langit dan bumi.Air mata sudah tak mampu aku bendung.Mukena yang aku pakai basah kuyup karena dibanjiri air mata.Tanpa terasa aku pun terlelap diatas sajadahku hingga pagi.

2 komentar: