Selasa, 18 November 2014

AKU SITI NURBAYA TAPI SUAMI KU SYAMSUL BAHRI

Part 7

Kubuka mata dengan berat.Sambil melemparkan pandangan ke sekelilingku.Tatapan ku kosong linglung.Dari jauh sayup-sayup ku dengar obrolan ibu dengan pamanku.Dari dapur yang sedang menyiapkan sarapan.Yang ku tangkap obrolan yang gak begitu berarti sekedar basa-basi sapaan pagi.  Aku segera membenahi tempat tidurku.Keluar menuju dapur tempat dimana disitu ada ibu ku.Ibuku diam saja dingin tanpa memandangku sedikit pun.Aku tau dari wajahnya menyiratkan kekecewaan yang sangat mendalam atas penolakan sikapku tadi malam. 

Ibu ku masih memiliki paham kalau perempuan itu ga usah sekolah tinggi-tinggi.Toh nanti akan jadi ibu rumah tangga juga (haiyaa...ibuu..).Mungkin karena betapa susahnya ibu ku selama ini menahan beban berat meminjam uang ke sana-sini untuk biaya kami.Hingga dengan inilah caranya ibu ku membujuk ku.Duh kasian ibu ku.Penderitaan dan pengorbanannya sebagai istri dan ibu tidak bisa kuceritakan disini.Mungkin dilain kesempatan.Karena ibu ku adalah ibu yang kuat,sabar dan tangguh. Doa juga buat mu ibu dari setiap ujian-ujian hidup yang di lalui semoga ibu tergolong istri yang sholehah.Di hari tua mu hanya doa buat mu ibu.Karena ga akan mampu aku membalas jasamu.

Lanjut lagi...padahal alasan yang disampaikan ibu ku inilah yang membuat aku tidak sepaham.Marah dan jengkel ketika itu.Juga membuat kaum feminisme meradang kali ya hehe.

Belakangan hari baru aku bisa memahami maksud dari kata-kata ibuku.Walaupun sepenuhnya aku tidaklah setuju.Tapi ada hal-hal yang betul makna yang tersirat dari apa yang dimaksud ibu ku.Hanya dengan berhuznuzon bisa menangkap ini semua.

Kulemparkan pandangan ke arah kolam ikan tepat dibelakang tempat tinggal ku.Ku lihat pamanku suami dari adek ayah ku sedang iseng memancing ikan.Juga sendu tak bersuara.Hati ku semakin hampa melihat keadaan disekeliling ku.
Dek”,terdengar suara memecahkan lamunanku.Oo..kakak laki-laki ku satu-satunya yang mendukung prinsip ku.Yang slalu tak henti-hentinya memberi ku semangat. “Besok kita siap-siap ya kembali ke kota Padang".Kita mulai kembali dengan semangat yang baru.Kuliah dengan betul-betul mengejar cita-cita.Lupakan apa yang sudah terjadi.Anggap saja tidak pernah terjadi apa-apa.Kita tatap masa depan dengan semangat.Begitu kata kakak laki-laki ku.Aku sedih luar biasa.Tatapanku kosong sambil mengangguk mengiyakan apa yang dikatakan kakakku.Aku benar-benar disupport oleh kakak ku.Terima kasih buat “uda ku".You are best brother for me.

Perbincangan kami pun mengalir begitu saja.Ibu ku sekali-kali melemparkan pandangannya kearah kami.Barangkali nguping pembicaraan aku dan kakakku.Hingga tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 09.00 pagi.

Tiba-tiba entah datang kekuatan dari mana terlontar dari mulut ku. “Da (sapaan buat kakak laki-laki di Padang) seandainya aku mau menerima lamaran semalam bagaimana ya?.Kata ku tiba-tiba spontan.Tentu saja kakakku kaget luar biasa.Wajahnya memerah.Ah jangan main-main kau dek!.Dia menimpali !.Ya betul kataku lagi spontan tanpa ragu.Beneran ini katanya lagi stengah berteriak. Karena saking tidak percayanya barangkali atas ucapan ku.Ya bener kata ku lagi.Kalau gitu uda sampaikan ke ayah lo.Silahkan saja kata ku stengah santai tanpa beban sedikit pun.Kakak ku pun masuk menemui ayah ku.Kulirik ibu ku yang nguping dari tadi.Tetap diam seribu bahasa.Dari rona wajahnya kulihat berbinar menunjukkan kegembiraannya.

2 komentar: