AKU SITI NURBAYA TAPI SUAMIKU SYAMSUL BAHRI
Part 1 :
Part 1 :
Pernah dengarkan cerita dari Ranah Minang yang sangat melegenda.Kisah roman percintaan yang berakhir tragis dengan kesedihan.
Cerita “Kasiah Tak Sampai”,SITI NURBAYA dan SYAMSUL BAHRI.Direnggut
“DATUAK MARINGGIH” akibat kawin paksa dari orang tua.
Sekitar 21 tahun yang lalu,tahun 1993.Menapaki anak tangga di salah satu kampus negri di Padang.Tempat kota ku menuntut ilmu.Melanjutkan
cita-cita seorang gadis desa yang ingin kuliah.
Dengan semangat penuh menyandang status mahasiswi.
Kesibukan sebagai mahasiswi baru aku jalani.Diselingi dengan organisasi dan sangat tertarik mengikuti berbagai seminar .Karena yaa begitulah dunia mahasiswa/i saat itu.Penuh dengan keidealismean.Belajar menjadi seorang pemimpin.Sibuk mencari tokoh yang diidolakan sebagai pemacu diri kesuksesan yang dicita-citakan.Ya kalau dikasih gelar ketika itu jadi ratu seminar rasanya sih sah-sah saja hihi...Karena memang begitulah adanya.Uang jajan jatah satu bulan dari orang tua pun cenderung cepat habis untuk ongkos bayar seminar.Nilai-nilai akademik juga turut membanggakan orang tuaku.Karena indeks prestasiku yang terakhir nyaris mencapai angka 4 (sombong dikit ya).
Kesibukan sebagai mahasiswi baru aku jalani.Diselingi dengan organisasi dan sangat tertarik mengikuti berbagai seminar .Karena yaa begitulah dunia mahasiswa/i saat itu.Penuh dengan keidealismean.Belajar menjadi seorang pemimpin.Sibuk mencari tokoh yang diidolakan sebagai pemacu diri kesuksesan yang dicita-citakan.Ya kalau dikasih gelar ketika itu jadi ratu seminar rasanya sih sah-sah saja hihi...Karena memang begitulah adanya.Uang jajan jatah satu bulan dari orang tua pun cenderung cepat habis untuk ongkos bayar seminar.Nilai-nilai akademik juga turut membanggakan orang tuaku.Karena indeks prestasiku yang terakhir nyaris mencapai angka 4 (sombong dikit ya).
Walaupun masa itu hanya dikasih Tuhan tidak sampai empat
tahun.Sebagaimana layaknya mahasiswa lain minimal menamatkan masa
perkuliahannya.Toh cukup menjadikan bekal bagiku untuk menapaki hidup
selanjutnya dinegeri orang negara tetangga “negeri singa”bersama pendamping
hidupku.Seorang yang telah merenggut kebahagiaanku (dalam tanda kutip
yaa!!!)sebagai mahasiswi yang lagi enak-enaknya menikmati perkuliahan dunia
anak remaja seumuranku.
Kisahku baru dimulai.....
Menapaki usia dengan angka kepala dua saat itu.Teman-temanku
di kampus atau pun di rumah kos tempat aku bernaung selama aku kuliah di kota
Padang,baru saja menyampaikan ucapan selamat atas hari jadi ku.Betapa sedih dan
sekaligus terharu.Oo..sekarang usiaku telah berkepala dua.Sudah tidak belasan
lagi.Wajar saja kita manusia selalu akan kaget setiap perubahan umur dengan
berganti angka didepannya.Begitupun dengan aku tidaklah beda.
Suatu malam selepas waktu Isya’,ku buka pintu kamar kos sekedar mencari angin malam yang seger karena kota Padang memang rada-rada panas dibanding kota kelahiranku.Kebetulan kamar kosku terletak dilantai dua.Yang memiliki balkoni langsung didepannya.Belakangnya dikelilingi persawahan.Halamannya dilindungi sebatang pohon jambu air yang rindang.Biasanya dipakai anak-anak kos dan yang punya rumah untuk menjemur cucian.
Aku pun mulai menatap langit.Kala itu terang penuh
bintang,menerawang pikiran entah kemana.Yang jelas oh..usiaku sudah memasuki 20
tahun. Apa ya kira-kira pikiran orang seusiaku? Ah apapun itu bagiku tetap tidaklah
sama....
Diawal bulan suci Ramadhan tahun 1995.Seperti biasa
percutian perkuliahan akan lebih awal karena menyambut lebaran.Dan kesempatan
libur dikasih kampus lebih lama bagi mahasiswa/inya.Terutama bagi anak-anak
perantauan dari Medan,pulau Jawa atau dari negri jiran Malaysia.
Melayang ke puluhan tahun yang lalu.....judulnya "dalem" haha...
BalasHapusyup bener....terbang tinggi menuju awan he he
BalasHapus