Selasa, 18 November 2014

AKU SITI NURBAYA TAPI SUAMI KU SYAMSUL BAHRI

Part 8

Tiba-tiba ayahku memanggilku dengan wajah yang sumringah.Berbinar dan penuh semangat."Ayo masuk kedalam".Ayah ingin bicara.Kata ayahku.Ayah mulai menanyai ku dengan serius.Apa benar aku sudah mau menerima lamaran semalam.Dengan setengah mengangguk aku mengiyakan.Entah mendapatkan kekuatan dari mana.Tapi dengan satu syarat kata ku menambahkan.Beri aku waktu satu semester lagi (6 bulan) untuk kuliah.Yang sebetulnya bukanlah untuk kuliah yang aku minta.Tetapi waktu enam bulan itu aku minta untuk mempersiapkan mental ku lahir dan batin kalau aku akan memasuki gerbang pernikahan.Babak baru dalam sejarah hidup ku.
Ayah dan pamanku langsung pergi ke rumah calon suami ku.Mengabari yang memang rumahnya tidaklah begitu jauh.Hanya 10 menit kalau naik motor.Atau stengah jam kalau jalan kaki.Waktunya sebelum kembali ke Singapura tersisa tiga hari lagi.

O..Tuhanku.Hati ku menjerit,menangis.Berteriak setelah keputusan ku.Air mataku turun deras sederas-derasnya.Mengalir turun seperti hujan lebat.Melebihi tangisan ku sebelum-sebelumnya.

Jodoh itu mengejutkan.Hadirnya tidak pernah kita duga.Terkadang membuat luka dan air mata. Hanya satu yang kita yakini...Jodoh itu Allah yang menentukan bukanlah kita.

Pagi Minggu.Setelah pertemuan itu.Sebelum aku kembali ke kota Padang tempat aku menuntut ilmu.Ayah mengajakku ke rumah calon suamiku.Bertemu calon mertua dan calon iparku.Sedangkan calon suami ku sudah duluan ke kota Padang sebelum menuju Singapura.

Di kampung ku.Kalo hendak ke Padang biasanya selalu menunggu bis di pinggir jalan kearah jalan raya yang agak rame.Sedangkan jalan raya ke arah rumah ku agak masuk ke dalam.Sehingga kami mesti jalan kaki keluar menuju persimpangan jalan.Setiap kali aku balik ke Padang pasti ayah akan selalu mengantarkan ku sampai di pintu bis.Hal ini sering tidak membikin nyaman diri ku.Karena” super protektifnya”ayah terhadap ku.

Sedikit cerita tentang ayahku.Kata teman-teman ku ayah ku “super galak".Apalagi  terhadap “maklhuk” yang namanya cowok.Itu ga akan pernah berpeluang mendekati ku.Hal ini sudah dipraktekkan ayah mulai semenjak aku melihatkan tanda remaja.Ya saat duduk di bangku madrasah (SMP).Lebih-lebih lagi ketika aku duduk di bangku SMA.Pergi sekolah sering dianterin.Udah gitu pulangnya suka ditungguin ayah di gerbang sekolah.Hadeuhh...malu luar biasa dengan teman-teman ku.Bahkan ada yang ngeledek aku ini anak “babe”.Terpaksa saja aku jalanin selama 3 tahun.Dengan menahan malu.Kalau ayah dibantah aku takut dimarahin. 

Teman-teman cowok anehnya bukan malah kabur.Ee...malah semakin mendekati ku.Smakin menjadilah ketakutan ku.Ayah memang menjaga “mutiaranya” baik-baik.Dan kalau pun suatu hari aku menikah sudah hampir pasti aku akan dijodohkan sesuai pilihan ayah.Bukan pilihan ku.Karena begitu ayah dengan prinsipnya.Prakteknya sudah berlaku terhadap tante2 ku adek perempuan ayah. Apalagi ini terhadap anak gadis pertamanya lagi.Ga akan bakal bisa memilih sesuai dengan pilihan hati.Walaupun laki-laki dalam takdir mengelilingi ku(hi hi sombong lagi).Lebih-lebih saat aku kuliah kini.Padahal aku rada pendiam dan minderan dikit hehe.Bahkan cerita ibu waktu aku sudah dijodohkan ini ternyata sudah ada beberapa yang melamar ku ke ayah.Cuma mungkin selama ini orang tuaku belum srek kali ya. 

Ah...dikelilingi laki-laki lumrah saja bagi seorang remaja seumuran ku.Biasalah seperti bunga pasti banyak didatangi kumbang.Yaa...tidak dipungkiri pasti ada yang sempat nyangkut “sesaat”di hati(don't be jealous abi ya..hehe).Wajar saja kan sebagai manusia biasa.Dikasih fitrah oleh Allah suka dengan lawan jenis.Tersimpan saja di dalam hati.Ga lebih dari itu.Juga ga “ada action”apapun.

AKU SITI NURBAYA TAPI SUAMI KU SYAMSUL BAHRI

Part 7

Kubuka mata dengan berat.Sambil melemparkan pandangan ke sekelilingku.Tatapan ku kosong linglung.Dari jauh sayup-sayup ku dengar obrolan ibu dengan pamanku.Dari dapur yang sedang menyiapkan sarapan.Yang ku tangkap obrolan yang gak begitu berarti sekedar basa-basi sapaan pagi.  Aku segera membenahi tempat tidurku.Keluar menuju dapur tempat dimana disitu ada ibu ku.Ibuku diam saja dingin tanpa memandangku sedikit pun.Aku tau dari wajahnya menyiratkan kekecewaan yang sangat mendalam atas penolakan sikapku tadi malam. 

Ibu ku masih memiliki paham kalau perempuan itu ga usah sekolah tinggi-tinggi.Toh nanti akan jadi ibu rumah tangga juga (haiyaa...ibuu..).Mungkin karena betapa susahnya ibu ku selama ini menahan beban berat meminjam uang ke sana-sini untuk biaya kami.Hingga dengan inilah caranya ibu ku membujuk ku.Duh kasian ibu ku.Penderitaan dan pengorbanannya sebagai istri dan ibu tidak bisa kuceritakan disini.Mungkin dilain kesempatan.Karena ibu ku adalah ibu yang kuat,sabar dan tangguh. Doa juga buat mu ibu dari setiap ujian-ujian hidup yang di lalui semoga ibu tergolong istri yang sholehah.Di hari tua mu hanya doa buat mu ibu.Karena ga akan mampu aku membalas jasamu.

Lanjut lagi...padahal alasan yang disampaikan ibu ku inilah yang membuat aku tidak sepaham.Marah dan jengkel ketika itu.Juga membuat kaum feminisme meradang kali ya hehe.

Belakangan hari baru aku bisa memahami maksud dari kata-kata ibuku.Walaupun sepenuhnya aku tidaklah setuju.Tapi ada hal-hal yang betul makna yang tersirat dari apa yang dimaksud ibu ku.Hanya dengan berhuznuzon bisa menangkap ini semua.

Kulemparkan pandangan ke arah kolam ikan tepat dibelakang tempat tinggal ku.Ku lihat pamanku suami dari adek ayah ku sedang iseng memancing ikan.Juga sendu tak bersuara.Hati ku semakin hampa melihat keadaan disekeliling ku.
Dek”,terdengar suara memecahkan lamunanku.Oo..kakak laki-laki ku satu-satunya yang mendukung prinsip ku.Yang slalu tak henti-hentinya memberi ku semangat. “Besok kita siap-siap ya kembali ke kota Padang".Kita mulai kembali dengan semangat yang baru.Kuliah dengan betul-betul mengejar cita-cita.Lupakan apa yang sudah terjadi.Anggap saja tidak pernah terjadi apa-apa.Kita tatap masa depan dengan semangat.Begitu kata kakak laki-laki ku.Aku sedih luar biasa.Tatapanku kosong sambil mengangguk mengiyakan apa yang dikatakan kakakku.Aku benar-benar disupport oleh kakak ku.Terima kasih buat “uda ku".You are best brother for me.

Perbincangan kami pun mengalir begitu saja.Ibu ku sekali-kali melemparkan pandangannya kearah kami.Barangkali nguping pembicaraan aku dan kakakku.Hingga tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 09.00 pagi.

Tiba-tiba entah datang kekuatan dari mana terlontar dari mulut ku. “Da (sapaan buat kakak laki-laki di Padang) seandainya aku mau menerima lamaran semalam bagaimana ya?.Kata ku tiba-tiba spontan.Tentu saja kakakku kaget luar biasa.Wajahnya memerah.Ah jangan main-main kau dek!.Dia menimpali !.Ya betul kataku lagi spontan tanpa ragu.Beneran ini katanya lagi stengah berteriak. Karena saking tidak percayanya barangkali atas ucapan ku.Ya bener kata ku lagi.Kalau gitu uda sampaikan ke ayah lo.Silahkan saja kata ku stengah santai tanpa beban sedikit pun.Kakak ku pun masuk menemui ayah ku.Kulirik ibu ku yang nguping dari tadi.Tetap diam seribu bahasa.Dari rona wajahnya kulihat berbinar menunjukkan kegembiraannya.

AKU SITI NURBAYA TAPI SUAMI KU SYAMSUL BAHRI

Part 6

Rasulullah saw menganjurkan.Jika berminat meminang seorang gadis maka lihatlah terlebih dahulu. Proses melihat inilah yang di maksud Ta’aruf. Berkumpul bersama keluarga besar saling memperkenalkan mana anak laki-laki mereka dan mana perempuan yang menjadi calonnya.Tidak lebih dari itu.Setelah itu apabila sudah bersepakat baru dilanjutkan ke jenjang proses berikutnya. Bukan Ta’aruf ala anak muda sekarang (yaitu pacaran) atau jalan bareng saling mengenal pribadi masing-masing lebih jauh dengan seringnya keluar ala pacaran.
Hal ini sudah sangat jauh dari arti Ta’aruf dalam konsep Islam sesungguhnya.
Nah mungkin saat itu inilah proses Ta’aruf yang kami jalani.

Calonku mengajukan bagaimana “akad”digelar saja.Sedangkan aku tetap terus melanjutkan kuliahku. Dan dia balik ke Singapura seperti biasa.Tapi kami telah diikat dalam ikatan syah secara agama.Hal ini sebaliknya aku yang tidak menyetujuinya.Aduh gimana malunya nanti dengan kawan-kawan ku.Karena saat itu di kampus ku belum lazim kuliah nyambi nikah.

Akhirnya ya...Aku menyerahkan kartu as ku.Kalau siapa yang berkeinginan buru-buru nikah silahkan saja duluan.Karena kita memang beda usia.Aku baru masuk angka kepala dua.Sedangkan calon ku sudah menuju 28 tahun.Usia yang sudah sangat matang bagi seorang laki-laki untuk  berumah tangga. Itulah salah satu alasan mengapa calon suami ku tidak mau menunda lagi.Atau menungguku hingga menyelesaikan kuliahku dulu.Sedangkan aku tetap bertahan pada prinsip ku semula.

“Aku akan melanjutkan kuliah ku dulu.”Aku belum mau menikah !!.
Itulah putusan malam itu tanggal 4 Maret 1995.

Setelah pertemuan malam itu.Hati ku galau tidak tau entah kenapa.Padahal apa yang ku mau sudah aku peroleh.Kubayangkan kembali wajah-wajah keluarga ku selepas pertemuan itu.Tertunduk penuh kekecewaan.Mereka tidak menyalahkan ku.Karena sangat paham kecintaan ku dengan kuliahku.Tapi juga merasa sayang melepas calon suami ku.Karena orangnya memang baik aklhaknya dan layak dijadikan mantu..Ini yang membuat wajah mereka sedih.

Jika datang (melamar)kepadamu orang yang engkau senangi agama dan akhlaknya.Maka nikahkanlah ia (dengan putrimu).Jika kamu tidak menerima (lamaran)-nya niscaya terjadi malapetaka di bumi dan kerusakan yang luas. Hadist (HR: Tirmidzi).

Malam itu tak bisa ku pejamkan mata sedikit pun.Gelisah tidak menentu.Hingga pukul 04.00 menjelang subuh. 
Akhirnya kuberanikan bangun.Tergiang-ngiang kata-kata calon suami ku tadi malam.Sudahkan diri ku sholat Istikhoroh.Kuambil air wudhuk.Kubentangkan sejadah, tenggelam dalam sholat dua raka’at yang aku dirikan di sepertiga malam terakhir.Di dalam setiap untaian bacaan sholat ku.Aku begitu pasrah tenggelam dalam doa-doa yang aku lantunkan.

Ya Allah...Tuhan ku...Engkau yang mendatangkan takdir ini kepada ku.Sungguh aku tidak tau dan mengerti.Seandainya ini jodohku yang terbaik untuk ku.Tolong Engkau mudahkan urusanku.Dan seandainya ini bukanlah yang terbaik untukku....gantilah dengan jodoh yang lebih baik lagi yang Engkau kirimkan untuk ku.

Inilah kata-kata yang hanya dalam hati ku.Karena tak mampu lagi lidah ini bergerak...bergetar..karena kesedihan yang begitu dalam.Berat badan ku pun drop hingga 5 kg. Pasrah sepasrah-pasrahnya kepada sang pencipta langit dan bumi.Air mata sudah tak mampu aku bendung.Mukena yang aku pakai basah kuyup karena dibanjiri air mata.Tanpa terasa aku pun terlelap diatas sajadahku hingga pagi.

AKU SITI NURBAYA TAPI SUAMI KU SYAMSUL BAHRI

Part 5

Kalau ada kesenian rakyat atau keramaian biasanya itu tempat berkumpulnya pemuda dan pemudi desa.Sedangkan aku ga akanlah ada kesempatan ikut itu.Jadi hampir ga pernah ikut.Karena pasti ayah dan ibu ga akan mengizinkannya.Paling nanti kalau aku ngotot,ayo ayah anter dan temenin.Walahh... makin ga enak lagi.Mending ga ikut.Jadilah aku memang tidak begitu dikenal di desa sendiri.Walaupun belakangan aku baru tau dari sahabat dekatku.Ternyata aku digemari oleh pemuda-pemuda desa.Aduh..sombong juga nih...padahal aslinya minder.

Hari pun berganti terus.Mata ku sembab karena ga berhenti nangis.Mengeluarkan air mata siang dan malam.Inilah yang disampaikan ibu-ibu tadi di terminal bis kota.
Ibuku begitu keras.Sedangkan ayah ku dua kali lipat kerasnya dari ibuku.Cuma ayah tak pernah berani mengungkapkannya kepada ku.Jadi ibu selalu yang jadi juru bicaranya.Otomatis dengan ibukulah aku selalu ribut tiap saat nyaris sampe satu bulan Ramadhan penuh.Inilah sampe sekarang yang aku ganti puasa ku.Yaa...mudah-mudahan Allah menerima gantinya.Karena aku menyadari kuatir saja puasa ku saat itu ga diterima Allah.Karena selalu marah dengan orang tua ku.Ya Allah ampuni dosa ku....

Hari H perkenalan dengan bakal calon suami ku pun tinggal tiga hari lagi menjelang lebaran datang.Si dia pun sudah berada di kampung karena bekerja di Singapura.Namun ada yang sangat menggembirakan hati ku saat itu.Sebelum pertemuan itu ayah sudah mengajak ku bicara sebagai kepala rumah tangga yang akan menikahkan anak gadisnya dengan orang lain.Saat itu ayah ku menyampaikan memang aku sudah dilamar calon suamiku.
Tetapi kata ayah dengan” berusaha bersikap wise” bagaimanapun keputusan terserah pada ku.Ini yang masih terngiang di kuping ku. Oo..betapa leganya dunia rasanya.
Aku terbebas dari belenggu penjara perjodohan yang mengikat ku.Kakak laki-laki ku juga turut gembira karena dia selama ini yang hanya mendukungku.Agar aku kuliah dulu seperti yang dicita-citakan.

Malam itu sehabis magrib.Hampir seluruh keluarga besar ku berkumpul di “Rumah Gadang”. Menyaksikan pertemuan antara diri ku dan dan calon suami ku.Karena kata orang sekampung suami ku dan aku sangatlah cocok dan sesuai.Calon suami ku putra orang terpandang di desa.Terkenal kesholehannya.Pintar dalam sekolahnya.Rajin juga dalam ibadahnya.Kalau tampang rasanya juga ga kalah hehe...(menurutku tentunya).Dan yang paling mengagumi ku taat sama ibunya.
Mengenai ketaatan ini memang sudah jadi buah bibir orang-orang.Karena dalam riwayatnya,masuk sekolah kemana aja tentu mulai dari TK hingga perguruan tinggi semuanya ibu yang menentukan harus masuk kemananya.Walaupun seringnya tanpa sepengetahuan beliau.Si ibu sudah mendaftarkan anaknya di sekolah mana yang kira-kira ibu srek untuk putra terakhirnya itu.Bahkan kuliah pun tanda tangannya saja dicontek oleh abang calon suami ku.Karena menurut ibu mertuaku,dari ketiga anak beliau.Pingin banget satu dari putranya yang bisa menguasai ilmu agama.Yaa jadi ustad lah kata ibu. Hingga jodoh pun ibu yang mencarikan.Padahal calon suami ku menjadi rebutan di desa.Orang tua pingin ngambilnya jadi mantu.Begitu yang aku dengar ketika aku sudah dijodohkan.Ya maklum saja semuanya lengkap ada pada calon suami ku.Hi hi..(si abi langsung happy euyy).Walau pun manusia pasti tidak ada yang sempurna.

Sebelum pertemuan.Aku sengaja mengulur-ulur waktu.Karena sesungguhnya memanglah tidak siap untuk pertemuan ini.Toh “kartu as” kan sudah ditanganku kalau aku akan menolak karena ingin melanjutkan kuliah hingga menjadi SARJANA. Ya serjana agama (S.ag).Dari fakultas Dakwah IAIN IB Padang.Hmm...IAIN...bagi ku “ I’m proud it!.”Ga akan terlupakan dalam hidup ku!!.Walau pun saat ini aku sudah serjana tentunya dari perguruan tinggi yang lain.

Dua kali utusan datang menjemput ku.Hingga aku pun sudah tidak enak hati.Didampingi kakak laki-laki ku.Aku langkahkan kaki dihalaman rumah yang terpisah dari tempat tinggalku.Kulihat sekeliling rumah gadang telah penuh oleh keluarga besar dan tetangga-tetangga dekat.Yang hanya memang menunggu kedatanganku.Karena calon suami ku sudah dari tadi datang semenjak magrib.Sedangkan aku baru menampakkan batang hidung setelah waktu Isya’masuk.

Kuucapkan salam dengan kakak laki-laki ku...Semua orang yang hadir berdiri menyambut kedatanganku.Aku sampai merinding kenapa orang-orang sampe berdiri.Hening sepi sesaat yang tadinya suara riuh rendah kedengaran.Tapi mataku tertuju kepada seseorang yang asing saat itu yang justeru memulai untuk berdiri saat kedatangan ku....Hingga akhirnya yang lain pun ikut berdiri.Betapa orang ini sangat menghargai kedatanganku.Begitu gumam dalam hati ku.Yang memang sangat aku banggakan di kemuadian harinya.Seseorang yang sangat asing dimataku.Yang belum pernah aku kenali.Bahkan ngeliat wajahnya sekali pun.

Hidangan makan malam pun sudah dihidangkan keluargaku.Khusus untuk malam itu.Sekali-kali terdengar suara canda dan tawa ibu-ibu dan bapak-bapak yang hadir.Dan seolah tak mau kalah calon ku pun ikut menimpali.Sehingga memecah kekakuan yang seharusnya pada malam itu.Aku pun  akhirnya ikut tertawa yang sudah sekian lama rasanya wajah ku tidak pernah menampakkan senyumnya lagi.Sampai akhirnya ayah ku membuka suara memperkenalkan kami.
Kami dipersilahkan ayah duduk bicara.Sementara hadirin ikut paham sambil sebentar meninggalkan kami.Inilah saat yang bikin rasa jantungku terasa copot.Tapi berusaha tenang karena tekad ku sudah bulat ingin meneruskan kuliah dulu.
Saling bertukar pandangan bagaimana pendapat masing-masing atas perjodohan kami.Tentu saja aku ingin dengan jawabanku semula.Tapi bagaimana pun tetap aku berusaha larut dalam skenario perjodohan ini.
Calonku ketika itu bertanya,”Apa aku sudah melakukan Istiqarah”?.
Dalam hati ku.Lagian apa yang mau aku Istiqorohkan.Kan dari awal aku ga mau menikah karena mau melanjutkan kuliah dulu.Sedangkan pengakuannya,dia bukan lagi sholat Istiqoroh tetapi  sudah sholat Hajat (sholat meminta sesuatu).Inilah akhirnya yang terngiang-ngiang di telinga ku sampai waktu subuh.Dan belakangan aku baru tau ternyata sewaktu aku baru lulus SMA “nama ku” sudah dibawa dan didoakan di “Multazam” salah satu tempat yang mustajab disampingnya Ka’bah.Inilah barangkali namanya kekuatan do’a.

Kita memang beda usia kurang lebih delapan setengah tahun.

Malam itu kita mengajukan beberapa”option”tapi  tidak ada satu pun yang klop.Aku minta,bagaimana kalau tunangan saja dulu.Menungguku sampai selesai hingga wisuda.”Ga lama kok”sekitar dua tahun lagi,kataku.Tapi calonku tidak sepaham karena dalam Islam memang tidak memiliki konsep tunangan.Yang ada istilah Ta’aruf.Yaitu pengenalan kedua calon mempelai sekaligus keluarga besarnya.

AKU SITI NURBAYA TAPI SUAMIKU SYAMSUL BAHRI

 Part 4

Sedangkan ibu mertuaku juga tak kalah bercerita.Calon suamiku adalah anak bungsu dari tiga bersaudara.Yang memang sudah waktunya untuk menikah.Tetapi belum menemukan pasangan yang cocok.Yang saat itu sudah punya perjodohan juga dengan yang lain oleh Ustadz  Pesatrennya di Bogor.Tempat calon suamiku dulu mondok.Tapi yaa namanya jodoh ya bukan ditangan kita.Begitu saja menyikapinya.Hal ini tentu juga menjadikan pukulan tersendiri bagi calon ibu mertuaku.Inilah yang mereka curhatin.Ujung-ujungnya ternyata aku yang jadi sasarannya he he..

Sedangkan aku sebetulnya.Walaupun masih satu daerah tapi calon ibu mertuaku ga mengenalku.Mungkin karena itu tadi.Aku gadis yang dipingit saat remaja.Juga calon mertua belum mengenal wajahku seperti apa.Ketika ditanya saat disampaikan ke anaknya yang mau dijodohkan denganku.Calon suamiku nanya,"emang ibu udah kenal dan tau anaknya".Eh si ibu dengan enteng menjawab,”Belum.Ketawalah calon suamiku. Lah..buu..ibu aja belum kenal dan malah ga tau juga wajahnya seperti apa,kok brani-braninya menjodohkan aku dengan dia.Masih kecil lagi.Apalagi dengan aku bu! ga kenal.Begitu celutuk calon suami ku. 
Cuma pengakuan dari calon papa mertuaku kabarnya sering memperhatikan aku bolak-balik pulang sekolah sewaktu SMA.

Calon ibu mertua dan papa mertuaku adalah pensiunan guru.Jadi sering berpapasan di jalan dengan ku.Saat itu aku sekolah mengendarai “vespa” berwarna hijau alpukat.Ya vespa cantik mengkilat kesayangan ayah.Begitu pintarnya ayah merawatnya.Sehingga tidak ada goresan sedikitpun.Tergores aja sedikit olehku pasti ayah akan nanya.Jadi aku pun sangat berhati-hati membawanya.Cocok banget kata ayah bila aku membawanya.Seperti “Princes”naik kereta kencana kali ya he he...

Vespa itulah yang mengantarkan aku sampai kuliah di Padang.Dijual oleh ayahku untuk uang 
pendaftaran ku. Aduhh...abaku (ayah) betapa sayangnya aba pada anaknya.Masih terbayang bagaimana rona wajah ayahku ketika mengatakan akan menjual vespa itu.Belum mampu aku membalasnya hingga saat ini.Walaupun vespa itu sudah lama aku ganti setelah menikah.Tapi tetap saja tidak akan sama.Doaku saja buat ayah yang sudah sakit-sakitan sekarang di kampung.Mudah-mudahan ayah di sisa umurnya adalah umur yang paling Barokah yang dikasih Allah.Sabar dalam menghadapi ujian-ujian seperti dulu.Khusnul Khotimah penghujungnya.Doa dari putrimu.

Lanjut tentang papa mertuaku.Yang sering memperhatikan ku (skarang juga sudah almarhum. Alfatehah untuk papa).Smoga papa di sana ditempatkan Allah ditempat yang terbaik.Katanya aku selalu menyapa kalau kita lagi berpapasan.Ternyata itu yang membuat papa mertuaku jadinya memperhatikanku.Karena katanya jarang anak remaja seusiaku menyapa orang yang setua beliau.Pasti setelah itu akan nyari tau itu putri siapa he he.Ya begitulah kebiasaan orang tua.Pasti terpikat dengan sopan santun.Akhlak dalam agama Islam.Padahal kebiasaan ku menyapa ini karena ya sekedar penghormatan saja.Setidaknya tersenyum.Kesenangan ku juga menyapa orang-orang  “susah”yang biasanya jarang dihargai orang lain.Nah aku malah cendrung lebih nyaman beramah-tamah dengan mereka.Karena sebetulnya aku "sedikit minder dengan teman-teman remaja sebayaku.Atau anak muda jaman itu.Karena aku cenderung ga gaul.Bukan karena apa-apanya sih.Karena aku juga belum orang baik,apalagi sempurna.

AKU SITI NURBAYA TAPI SUAMI KU SYAMSUL BAHRI

Part 3

Sementara kepingin maju luar biasa.Tidak mau ketinggalan dengan teknologi.Nah,dalam hidup daya juang harus mesti tinggi.Kuat dan kokoh dalam perjuangan.Jangan gampang menyerah.Apalagi rasa minder dan malu.Buang saja jauh-jauh.

Lanjut cerita kakakku.Kakakku masuk saja ke warnet.Saat itu sewanya memakai komputer kira-kira Rp 500/jam.Langsung saja ia duduk di depan komputer.Sok tau.Kayak orang yang sudah mahir menggunakan komputer.Padahal barang tersebut sangat “super aneh” dan sekaligus menakjubkan sebenarnya.Komputer jaman itu masih jadul entah Pentium brapa.Layarnya juga yang masih tebal kayak televisi 14 inch zaman dulu he he.Kakakku langsung beraksi.Menatap satu persatu “Hardware”nya.Mulai dari layarnya.Keyboardnya dia sentuh.CPU nya.Sampai kabel-kabel yang menghubungkan komputer ke listrik.Semua tak luput dari pandangan kakak laki-laki ku.

Waktu menuju satu jam berjalan terus.Mulai mikir uang 500 perak ntar bisa nambah lagi kalau nambah jam.Padahal komputer dari tadi belum diapa-apaikan.Baru sekedar ditatap dan diraba.Karena sebetulnya memang tidak tau cara menyalakannya.Tiba-tiba datanglah petugas warnet.Ternyata dari tadi memperhatikan kakakku.Kali si petugas warnet juga mikir ya.Ini sudah hampir satu jam kok komputer ga di apa-apain.Padahal pelanggan yang lain yang belakangan datang saja sudah dari tadi mengutak-atik komputernya.”Ada yang perlu saya bantu da”?(mas)kata petugas warnet.Kakak ku dengan santainya menjawab.”O..enggak da makasih.Pura-pura sok tau tadi.Padahal dalam hati entah galau seperti apa.Dengan usahanya yang gigih memplototi perangkat komputer tidak sia-sia.Akhirnya tidak lama kemudian matanya tertuju pada sebuah tombol.Dengan memberanikan diri dipencetlah tombol tersebut.O..komputernya hidup dan menyala.Senengnya luar biasa.Mulailah ia menggerak-gerakkan” mousenya” hasil nyontek dari orang sebelah tentunya.Sesama pengguna warnet hehe. Mulailah kakak ku beraksi.Klik ini dan itu.Sampai akhirnya aku pun diajak ke warnet diajarkan oleh kakakku untuk menyelesaikan tugas-tugas kuliahku.Sungguh luar biasa!!. 
Dengan berawal dari pengalaman inilah dikemudian hari, kakakku meraih “Master of Information and Technology Management (MITM) University of Walonggong Australia”. I’am proud with you my Brother.Sedih sekaligus bangga luar biasa.

”Cara Allah menyayangi mu mungkin tidak dengan memudahkan jalanmu menuju sukses.Tapi dengan kesulitan yang kelak baru kau sadari bahwa kesulitan itu yang akan membawa suksesmu semakin berkesan dan istimewa.

Calon ibu mertua dan papa mertuaku adalah orang yang baik.Tempat berkeluh kesah ibuku.Terutama akhir minggu tempat meminjam uang untuk kiriman bekal aku dan kakak ku,yang sedang kuliah di kota Padang.Tempat langganan mengambil “kain”.Untuk disulam tangan.Setelah selesai ibu ku menyerahkan kembali ke calon ibu mertuaku.Ibu mertua memang keahliannya sulam-menyulam.Dari situ ibu ku dapat upah.Ya sekedar bantu-bantu uang belanja.Walaupun ngejaitnya berhari-hari siang dan malam.Disela-sela pekerjaannya sibuk mengurus rumah tangga.Kadang matanya juga sudah kabur mulai kabur.Harus ganti kaca mata.Butuh biaya lagi.

Berawal dari sinilah namanya ibu-ibu ya..sering curhat tentang anaknya masing-masing.Ibu ku menceritakan tentang kami.Aku dan kakakku.Tak ketinggalan ceritanya tentang semangat kuliah kami yang begitu tinggi.Tambah lagi prestasi yang lain.Nilai-nilai akademik yang membanggakan.Begitulah cerita ibuku.

AKU SITI NURBAYA TAPI SUAMIKU SYAMSUL BAHRI

PART 2

Di terminal bis kota (Terminal Lintas;skarang sudah tidak ada).Aku mulai memesan karcis bis menuju Payakumbuh kota kelahiranku.Di antara kerumunan orang-orang yang lalu lalang di depan loket penjualan tiket aku didekati dua orang ibu-ibu paruh baya yang bagiku sudah tidak asing lagi.Mereka adalah masih satu keluarga besarku di kampung.Langsung saja ku sapa dengan sopan.Perbincangan kami pun tak dielakkan lagi.Namun diantara perbincangan kami sepertinya si ibu kelepasan bicara.Ini yang membuat kepalaku berputar keras hingga menghabiskan perjalanan panjang 4 jam menuju “Payakumbuh”desa kelahiranku.

Baru saja ku tarok tas bawaanku.Tiba-tiba adek laki-laki ku,persis dibawah ku menyodorkan sebuah album photo.Photo seseorang yang tidak aku kenal.Bahkan belum pernah melihat atau sekedar tau wajahnya sekali pun.Betapa kagetnya diriku,marah,protes,ingin berteriak sekeras-kerasnya.Tidak percaya ketika ibuku tiba-tiba menimpali kalau jodoh ku sudah ada.Aku telah dilamar oleh seseorang.Putra dari kenalan orang tuaku.Juga masih satu daerah dengan ku.

Dunia rasanya berputar...terbalik...tidak percaya.Aku sungguh tidak terima. Mengapa kehidupan tidak adil dengan ku.Aku masih ingin meneruskan perkuliahanku.Aku ingin menggapai cita-citaku seperti orang-orang..amak...aba (panggilan buat ortu ku).Aku masih ingin kuliah kenapa tega menikahkan ku.Begitulah teriakan hatiku.Bukankah engkau wahai orang tuaku dulu yang menanamkan cita-cita setinggi langit agar menjadi orang.Hidup enak tidak mengalami kesusahan seperti ayah dan ibu.Bukankah itu dulu kata-kata yang ditanamkan kepadaku dan abang (uda)ku yang tertua kebetulan satu kampus walaupun beda fakultas denganku.

Yah,aku memang menyadari kami berasal dari keluarga yang sederhana.Memiliki saudara enam orang.Apalagi ayah menyekolahkan dua orang anak sekaligus di kota Padang.Aku dan kakak laki-laki ku.Sedang adek-adekku masih kecil-kecil.Semuanya mesti butuh biaya untuk sekolah.Adek yang no 3 persis di bawah ku saat itu baru duduk di MTSN (Madrasah Tsanawiyah kelas 2). Adek di bawahnya lagi juga laki-laki baru duduk di kelas 6 SD.Sedangkan yang paling bungsu perempuan si kembar baru kelas 4 SD.Tentu saja tidak akan cukup penghasilan ayah sebagai wiraswasta kecil-kecilan di kampung.Terpaksa di sambi dengan bertani.Sedangkan ibu cuma ibu rumah tangga.Walaupun beliau pernah mengenyam bangku kuliah di fakultas ekonomi di Universitas Andalas.Jadi,seandainya aku sudah menikah setidaknya kan beban tanggung jawab orang tuaku tentu akan berkurang.Karena sebetulnya aku juga tidak tega melihat mereka.Sering aku kasihan melihat ibu dan ayahku.Kadang di kota Padang aku melamunkan keadaan mereka di kampung mencari uang demi aku dan kakak laki-laki ku yang mereka kuliahkan di Padang.Karena itu aku dan kakakku betul-betul semangat belajar dengan benar.Ingin cepat-cepat selesai.Agar bisa mengurangkan tanggung jawab mereka.Syukur-syukur bisa membantu mereka.
Kakak ku ga kalah aktifnya di kampus. Bahkan sampai meraih ketua Senat Fakultas.Yang zaman itu bagi seorang Mahasiswa adalah karir yang membanggakan.Sebagai cikal bakal seorang pemimpin nantinya. Aktif juga dalam keorganisasian.Rajin menulis di “Suara Kampus” koran yang menampung aspirasi dan kreatifitas mahasiswa.Bahkan kakak ku termasuk salah satu pengurus intinya.Dari tulisan-tulisannya kadang dia kirimkan ke koran ‘Haluan’ salah satu nama koran di Padang.Sehingga ya.. lumayan dapat honor.Setidaknya jajan untuk dirinya terbantu.
Ketika “komputer” mulai populer dengan banyaknya warnet dan kursus komputer diadakan dimana-dimana.Tentu saja kami sebagai mahasiswa yang ingin maju pingin banget menguasai ilmu itu.Setidaknya cara mengoperasikannya.Cuma tetap saja terkendala oleh biaya.Mau dimintak ke orang tua kan sudah tidak mungkin.Sudah tidak tega dan kasian.Jadi gimana caranya?.

AKU SITI NURBAYA TAPI SUAMIKU SYAMSUL BAHRI

AKU SITI NURBAYA TAPI SUAMIKU SYAMSUL BAHRI


Part 1 : 

Pernah dengarkan cerita dari Ranah Minang yang sangat melegenda.Kisah roman percintaan yang berakhir tragis dengan kesedihan.
Cerita “Kasiah Tak Sampai”,SITI NURBAYA dan SYAMSUL BAHRI.Direnggut “DATUAK MARINGGIH” akibat kawin paksa dari orang tua.

Sekitar 21 tahun yang lalu,tahun 1993.Menapaki anak tangga di salah satu kampus negri di Padang.Tempat kota ku menuntut ilmu.Melanjutkan cita-cita seorang gadis desa yang ingin kuliah.
Dengan semangat penuh menyandang status mahasiswi.

Kesibukan sebagai mahasiswi baru aku jalani.Diselingi dengan organisasi dan sangat tertarik mengikuti berbagai seminar .Karena yaa begitulah dunia mahasiswa/i saat itu.Penuh dengan keidealismean.Belajar menjadi seorang pemimpin.Sibuk mencari tokoh yang diidolakan sebagai pemacu diri kesuksesan yang dicita-citakan.Ya kalau dikasih gelar ketika itu jadi ratu seminar rasanya sih sah-sah saja hihi...Karena memang begitulah adanya.Uang jajan jatah satu bulan dari orang tua pun cenderung cepat habis untuk ongkos bayar seminar.Nilai-nilai akademik juga turut membanggakan orang tuaku.Karena indeks prestasiku yang terakhir nyaris mencapai angka 4 (sombong dikit ya).
Walaupun masa itu hanya dikasih Tuhan tidak sampai empat tahun.Sebagaimana layaknya mahasiswa lain minimal menamatkan masa perkuliahannya.Toh cukup menjadikan bekal bagiku untuk menapaki hidup selanjutnya dinegeri orang negara tetangga “negeri singa”bersama pendamping hidupku.Seorang yang telah merenggut kebahagiaanku (dalam tanda kutip yaa!!!)sebagai mahasiswi yang lagi enak-enaknya menikmati perkuliahan dunia anak remaja seumuranku.

Kisahku baru dimulai.....

Menapaki usia dengan angka kepala dua saat itu.Teman-temanku di kampus atau pun di rumah kos tempat aku bernaung selama aku kuliah di kota Padang,baru saja menyampaikan ucapan selamat atas hari jadi ku.Betapa sedih dan sekaligus terharu.Oo..sekarang usiaku telah berkepala dua.Sudah tidak belasan lagi.Wajar saja kita manusia selalu akan kaget setiap perubahan umur dengan berganti angka didepannya.Begitupun dengan aku tidaklah beda.

Suatu malam selepas waktu Isya’,ku buka pintu kamar kos sekedar mencari angin malam yang seger karena kota Padang memang rada-rada panas dibanding kota kelahiranku.Kebetulan kamar kosku terletak dilantai dua.Yang memiliki balkoni langsung didepannya.Belakangnya dikelilingi persawahan.Halamannya dilindungi sebatang pohon jambu air yang rindang.Biasanya dipakai anak-anak kos dan yang punya rumah untuk menjemur cucian.
Aku pun mulai menatap langit.Kala itu terang penuh bintang,menerawang pikiran entah kemana.Yang jelas oh..usiaku sudah memasuki 20 tahun. Apa ya kira-kira pikiran orang seusiaku? Ah apapun itu bagiku tetap tidaklah sama....

Diawal bulan suci Ramadhan tahun 1995.Seperti biasa percutian perkuliahan akan lebih awal karena menyambut lebaran.Dan kesempatan libur dikasih kampus lebih lama bagi mahasiswa/inya.Terutama bagi anak-anak perantauan dari Medan,pulau Jawa atau dari negri jiran Malaysia.