Selasa, 18 November 2014

AKU SITI NURBAYA TAPI SUAMI KU SYAMSUL BAHRI

Part 5

Kalau ada kesenian rakyat atau keramaian biasanya itu tempat berkumpulnya pemuda dan pemudi desa.Sedangkan aku ga akanlah ada kesempatan ikut itu.Jadi hampir ga pernah ikut.Karena pasti ayah dan ibu ga akan mengizinkannya.Paling nanti kalau aku ngotot,ayo ayah anter dan temenin.Walahh... makin ga enak lagi.Mending ga ikut.Jadilah aku memang tidak begitu dikenal di desa sendiri.Walaupun belakangan aku baru tau dari sahabat dekatku.Ternyata aku digemari oleh pemuda-pemuda desa.Aduh..sombong juga nih...padahal aslinya minder.

Hari pun berganti terus.Mata ku sembab karena ga berhenti nangis.Mengeluarkan air mata siang dan malam.Inilah yang disampaikan ibu-ibu tadi di terminal bis kota.
Ibuku begitu keras.Sedangkan ayah ku dua kali lipat kerasnya dari ibuku.Cuma ayah tak pernah berani mengungkapkannya kepada ku.Jadi ibu selalu yang jadi juru bicaranya.Otomatis dengan ibukulah aku selalu ribut tiap saat nyaris sampe satu bulan Ramadhan penuh.Inilah sampe sekarang yang aku ganti puasa ku.Yaa...mudah-mudahan Allah menerima gantinya.Karena aku menyadari kuatir saja puasa ku saat itu ga diterima Allah.Karena selalu marah dengan orang tua ku.Ya Allah ampuni dosa ku....

Hari H perkenalan dengan bakal calon suami ku pun tinggal tiga hari lagi menjelang lebaran datang.Si dia pun sudah berada di kampung karena bekerja di Singapura.Namun ada yang sangat menggembirakan hati ku saat itu.Sebelum pertemuan itu ayah sudah mengajak ku bicara sebagai kepala rumah tangga yang akan menikahkan anak gadisnya dengan orang lain.Saat itu ayah ku menyampaikan memang aku sudah dilamar calon suamiku.
Tetapi kata ayah dengan” berusaha bersikap wise” bagaimanapun keputusan terserah pada ku.Ini yang masih terngiang di kuping ku. Oo..betapa leganya dunia rasanya.
Aku terbebas dari belenggu penjara perjodohan yang mengikat ku.Kakak laki-laki ku juga turut gembira karena dia selama ini yang hanya mendukungku.Agar aku kuliah dulu seperti yang dicita-citakan.

Malam itu sehabis magrib.Hampir seluruh keluarga besar ku berkumpul di “Rumah Gadang”. Menyaksikan pertemuan antara diri ku dan dan calon suami ku.Karena kata orang sekampung suami ku dan aku sangatlah cocok dan sesuai.Calon suami ku putra orang terpandang di desa.Terkenal kesholehannya.Pintar dalam sekolahnya.Rajin juga dalam ibadahnya.Kalau tampang rasanya juga ga kalah hehe...(menurutku tentunya).Dan yang paling mengagumi ku taat sama ibunya.
Mengenai ketaatan ini memang sudah jadi buah bibir orang-orang.Karena dalam riwayatnya,masuk sekolah kemana aja tentu mulai dari TK hingga perguruan tinggi semuanya ibu yang menentukan harus masuk kemananya.Walaupun seringnya tanpa sepengetahuan beliau.Si ibu sudah mendaftarkan anaknya di sekolah mana yang kira-kira ibu srek untuk putra terakhirnya itu.Bahkan kuliah pun tanda tangannya saja dicontek oleh abang calon suami ku.Karena menurut ibu mertuaku,dari ketiga anak beliau.Pingin banget satu dari putranya yang bisa menguasai ilmu agama.Yaa jadi ustad lah kata ibu. Hingga jodoh pun ibu yang mencarikan.Padahal calon suami ku menjadi rebutan di desa.Orang tua pingin ngambilnya jadi mantu.Begitu yang aku dengar ketika aku sudah dijodohkan.Ya maklum saja semuanya lengkap ada pada calon suami ku.Hi hi..(si abi langsung happy euyy).Walau pun manusia pasti tidak ada yang sempurna.

Sebelum pertemuan.Aku sengaja mengulur-ulur waktu.Karena sesungguhnya memanglah tidak siap untuk pertemuan ini.Toh “kartu as” kan sudah ditanganku kalau aku akan menolak karena ingin melanjutkan kuliah hingga menjadi SARJANA. Ya serjana agama (S.ag).Dari fakultas Dakwah IAIN IB Padang.Hmm...IAIN...bagi ku “ I’m proud it!.”Ga akan terlupakan dalam hidup ku!!.Walau pun saat ini aku sudah serjana tentunya dari perguruan tinggi yang lain.

Dua kali utusan datang menjemput ku.Hingga aku pun sudah tidak enak hati.Didampingi kakak laki-laki ku.Aku langkahkan kaki dihalaman rumah yang terpisah dari tempat tinggalku.Kulihat sekeliling rumah gadang telah penuh oleh keluarga besar dan tetangga-tetangga dekat.Yang hanya memang menunggu kedatanganku.Karena calon suami ku sudah dari tadi datang semenjak magrib.Sedangkan aku baru menampakkan batang hidung setelah waktu Isya’masuk.

Kuucapkan salam dengan kakak laki-laki ku...Semua orang yang hadir berdiri menyambut kedatanganku.Aku sampai merinding kenapa orang-orang sampe berdiri.Hening sepi sesaat yang tadinya suara riuh rendah kedengaran.Tapi mataku tertuju kepada seseorang yang asing saat itu yang justeru memulai untuk berdiri saat kedatangan ku....Hingga akhirnya yang lain pun ikut berdiri.Betapa orang ini sangat menghargai kedatanganku.Begitu gumam dalam hati ku.Yang memang sangat aku banggakan di kemuadian harinya.Seseorang yang sangat asing dimataku.Yang belum pernah aku kenali.Bahkan ngeliat wajahnya sekali pun.

Hidangan makan malam pun sudah dihidangkan keluargaku.Khusus untuk malam itu.Sekali-kali terdengar suara canda dan tawa ibu-ibu dan bapak-bapak yang hadir.Dan seolah tak mau kalah calon ku pun ikut menimpali.Sehingga memecah kekakuan yang seharusnya pada malam itu.Aku pun  akhirnya ikut tertawa yang sudah sekian lama rasanya wajah ku tidak pernah menampakkan senyumnya lagi.Sampai akhirnya ayah ku membuka suara memperkenalkan kami.
Kami dipersilahkan ayah duduk bicara.Sementara hadirin ikut paham sambil sebentar meninggalkan kami.Inilah saat yang bikin rasa jantungku terasa copot.Tapi berusaha tenang karena tekad ku sudah bulat ingin meneruskan kuliah dulu.
Saling bertukar pandangan bagaimana pendapat masing-masing atas perjodohan kami.Tentu saja aku ingin dengan jawabanku semula.Tapi bagaimana pun tetap aku berusaha larut dalam skenario perjodohan ini.
Calonku ketika itu bertanya,”Apa aku sudah melakukan Istiqarah”?.
Dalam hati ku.Lagian apa yang mau aku Istiqorohkan.Kan dari awal aku ga mau menikah karena mau melanjutkan kuliah dulu.Sedangkan pengakuannya,dia bukan lagi sholat Istiqoroh tetapi  sudah sholat Hajat (sholat meminta sesuatu).Inilah akhirnya yang terngiang-ngiang di telinga ku sampai waktu subuh.Dan belakangan aku baru tau ternyata sewaktu aku baru lulus SMA “nama ku” sudah dibawa dan didoakan di “Multazam” salah satu tempat yang mustajab disampingnya Ka’bah.Inilah barangkali namanya kekuatan do’a.

Kita memang beda usia kurang lebih delapan setengah tahun.

Malam itu kita mengajukan beberapa”option”tapi  tidak ada satu pun yang klop.Aku minta,bagaimana kalau tunangan saja dulu.Menungguku sampai selesai hingga wisuda.”Ga lama kok”sekitar dua tahun lagi,kataku.Tapi calonku tidak sepaham karena dalam Islam memang tidak memiliki konsep tunangan.Yang ada istilah Ta’aruf.Yaitu pengenalan kedua calon mempelai sekaligus keluarga besarnya.

5 komentar:

  1. Uni siapa yg berdoa di Multazam setelah uni tamat SMA??? Kepo :P

    BalasHapus
  2. Mo tau yaa...dikit or banyak hehe
    Ya itu na...orang yg tlah brhasil membawa uni..*ga pamit2 ngedoakan nama org hmm..

    Ada sebuah ungkapan,

    Bila jodohmu bukan orang yg slalu kau sebut di dlm doamu...mungkin jodoh mu orang yg slalu berdoa dengan mnyebut nama mu...setuju :)

    BalasHapus
  3. Hah kok bisa? emang doa spesifik gt menyebutkan nama? dari mana tau sm uni? #penasaran hehe
    ciiieeee puitis nyee...setuju..setuju *thumb

    BalasHapus
  4. Nah penasaran khan??...tunggu aj kelanjutannya ☺️

    BalasHapus
  5. Siapa tau my story mnjadi sebuah novel "best seler" qiqi

    BalasHapus